Jakarta - Korea Utara dan Amerika Serikat (AS) gagal mencapai kesepakatan terkait denuklirisasi setelah 2 pertemuan puncak antara Kim Jong Un dengan Donald Trump. Kini berhembus kabar jika sosok yang menjadi tangan kanan Kim Jong Un dalam perundingan nuklir dengan AS, Kim Yong-Chol dicopot dari jabatannya.
Kabar dicopotnya Kim Yong-Chol dari jabatan sebagai tangan kanan Kim Jong Un diungkapkan Kepala Komisi Intelijen Parlemen Korea Selatan (Korsel), Lee Hye-Hoon, dalam pernyataan terbaru kepada Reuters.
Menurut Lee, pencopotan ini menjadi indikasi bahwa Korut menyalahkan Kim Yong-Chol atas kegagalan tercapainya kesepakatan dalam pertemuan puncak terakhir Kim Jong-Un dan Trump di Hanoi, Vietnam, pada Kamis, 28 Februari lalu.
Sementara itu, Kantor berita Korsel, Yonhap News Agency, melaporkan bahwa Kim Yong-Chol dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Departemen Front Persatuan, semacam aparatus pada Partai Buruh Korea Utara yang bertugas mengawasi hubungan dengan Korsel dan dengan AS yang mulai meningkat beberapa waktu terakhir.
Disebutkan Lee dalam pernyataannya, bahwa Kim Yong-Chol tampaknya banyak 'dikritik' setelah pertemuan puncak di Vietnam gagal mencapai kesepakatan terkait pencabutan sanksi-sanksi AS sebagai imbalan atas pembongkaran program nuklir Korut.
Lee juga menambahkan, bahwa Kim Yong-Chol digantikan oleh Jang Kum-Chol, seorang pejabat pada Kementerian Unifikasi yang tidak terlalu dikenal dan tidak pernah disebut dalam media nasional Korut.
Diketahui, Kim Yong-Chol tidak mendampingi Kim Jong-Un dalam kunjungannya ke Vladivostok, Rusia pekan ini saat bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin. Padahal diketahui bahwa Kim Yong-Chol sebelumnya selalu mendampingi Kim Jong-Un dalam empat kali kunjungan ke China dan dua kali pertemuan dengan Trump.
Bulan ini, Kim Yong-Chol ditunjuk menjadi anggota Komisi Urusan Negara Korut, sebuah lembaga tinggi pemerintahan yang dipimpin langsung oleh Kim Jong-Un.
Sementara itu, Dinas Intelijen Nasional dan Menteri Unifikasi Korsel, yang mengurusi isu Korut, enggan berkomentar atas laporan digantinya Kim Yong-Chol.
Namun seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengakui pihaknya menyadari laporan tersebut, namun tidak bisa banyak berkomentar. "Seperti yang kami sudah katakan sebelumnya, kami tetap siap terlibat dalam perundingan yang konstruktif," ucap juru bicara tersebut.
Nama Kim Yong-Chol dikenal sebagai komandan militer garis keras yang juga memegang jabatan Wakil Ketua Komisi Pusat pada Partai Buruh yang berkuasa di Korut. Dia telah sejak lama menjadi utusan nuklir Korut dan mitra bagi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Korut menuntut agar Pompeo dikeluarkan dari perundingan nuklir Korut-AS dan diganti dengan orang lain yang lebih dewasa. Dalam tanggapannya, Pompeo menyatakan dirinya akan tetap bertanggung jawab atas tim perunding AS. Masa depan perundingan nuklir Korut dan AS semakin tidak jelas sejak pertemuan di Vietnam, tanpa adanya kontak langsung antara kedua pihak.
0 Komentar